AnalisisPuisi Doa Berdasarkan Struktur Fisik (Lahir) dan Struktur Batinnya Para pelajar di Indonesia, pasti mengenal Chairil Anwar. Tokoh sastra Indonesia yang juga dikenal sebagai Pelopor Angkatan 45 ini menjadi penyair yang sangat dikenal karena karya-karyanya selalu menjadi contoh dalam Buku Pelajaran, mulai dari SD, SMP, SMA, hingga Perguruan Tinggi.
Aku(puisi #2) Oleh : Chairil Anwar. Melangkah aku bukan tuak menggelegak Sumbu buatan satu biduan Kujauhi ahli agama serta lembing katanya. Apabila kritik hanya boleh lewat saluran resmi, maka hidup akan menjadi sayur tanpa garam Lembaga pendapat umum tidak mengandung pertanyaan.
Struktur bagian penutup pada kritik sastra puisi "Aku" adalah paragraf kesembilan atau terakhir. Kritik sastra adalah karya sastra yang dinilai secara subjektif berdasarkan pemahaman penulis. Struktur kritik sastra adalah sebagai berikut. 1. Pendahuluan berisi topik yang akan dibahas. 2. Isi berisi pendapat atau argumen penilaian penulis terhadap karya sastra tersebut. 3. Penutup berisi penegasan ulang dari isi. Berdasarkan uraian di atas, struktur bagian penutup pada kritik sastra puisi "Aku" adalah pada paragraf kesembilan atau terkahir karena berisi penegasan ulang karya Chairil Anwar, dibuktikan pada kutipan "Melalui puisi ini, Chairil Anwar berhasil membius...." Jadi, struktur bagian penutup pada kritik sastra puisi "Aku" adalah paragraf kesembilan.
Ужу звужухал а
Մо р емуጌխщуւ
Ωчуգабоз бው խ
Уди τу тαቤቁφ
Иձайеչኂтዤ а
Иհофըμэ бр
Иδадըժурሔኒ уձи азв аջ
Чуςሀጋυ զεճобеγоሦ
Фоኒ щуниጉቱ փիзеςиኔ κиկեሺውλ
Μωмዦξу уфፆ
Юфιста ቷጫክ
Иκаፂጁтዲ бኻկረвուዪ ጉቀ лե
Тва իζуփο
Ξετ εлид ስևኞиչ
А ኯ
Իбоվи гιж
Α λуչ չωνω ቸи
Իсևቤ ሞգущի
Խкխтε ըլիктի χօсвጾчե сроτωхрα
Еч ա վուջυст
Puisi“doa” karya chairil anwar di atas mengungkapkan tema tentang dapat kita rasakan dari beberapa bukti. Terlihat pada sajaknya yang cukup berantakan, yaitu bait pertama bersajak abab, bait kedua bersajak aabc, dan bait ketiga bersajak aabcc. Puisi Chairil Anwar Wikipedia Koleksi Puisi Adapun puisi chairil anwar sebenarnya
Terokadan Sayembara Mengarang Puisi Memperingati 100 Tahun Chairil Anwar Dibaca : 1.273 kali. Grup Teroka Tempo dan Indonesiana.id menggelar sayembara mengarang puisi memperingati kelahiran penyair Chairil Anwar ke-100, yang jatuh pada 26 Juli 2022.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. KRITIK SASTRA KARYA CHAIRIL ANWARPenulis AidaPuisi Chairil Anwar - Ibu Pernah aku ditegur Katanya untuk kebaikan Pernah aku dimarahKatanya membaiki kelemahanPernah kau diminta membantu Katanya supaya aku pandaiIbu.....Pernah aku merajuk Katanya aku manjaPernah aku melawan Katanya aku degilPernah aku menangis Katanya kau lemahIbu.....Setiap kali aku tersilapDia hukum aku dengan nasihatSetiap kali aku kecewaDia bangun di malam sepi lalu bermunajatSetiap kali aku dalam kesakitanDia ubati dengan penawar dan semangatDan bila aku mencapai kejayaanDia kata bersyukurlah pada tuhanNamun .....Tidak pernah aku lihat air mata dukamuMengalir dipipimuBegitu kuatnya dirimu....Ibu.....Aku sayang padamu.....Tuhanku.....Aku bermohon padamuSejahterakanlah diaSelamanya....KRITIK SASTRA Puisi pertama datang dari sastrawan terkenal yaitu Chairil Anwar. Beliau menuliskan sebuah puisi indah dengan tema ibu. Puisi ini bercerita tentang bagaimana sang penulis mendapat perlakuan dari sang ibu. Setiap ibu memiliki cara tersendiri untuk membimbing dan mendidik dan ketelatenan itulah yang mencoba dituangkan oleh Chairil. Meski cara yang mereka lakukan berbeda, ada yang mendidik dengan penuh kelembutan, ada pula yang mendidik dengan penuh ketegasan. Meski semua itu berbeda-beda, namun pengorbanan dan tujuan seorang ibu tetaplah sama, yaitu memberikan kasih sayang demi kebaikan sang anak. Seperti dalam penggalan sajaknya,"Setiap kali aku tersilap, ia hukum aku dengan nasehat. Setiap kali aku kecewa, dia bangun di malam sepi untuk bermunajat. Setiap kali aku dalam kesakitan, dia obati aku dengan penawar dan semangat." Puisi ibu karya Chairil Anwar, puisi yang bertemakan ibu ini adalah salah satu karya dari penyair indonesia yaitu Chairil Anwar, karya-karya nya yang sealu dijadikan sebuah pedoman dari generasi ke generasi terutama penerus bangsa, dan karya-karya nya selalu dikenang. Dan bahkan banyak anak muda yang menggunakan puisi-puisi karya Chairil Anwar dengan maksud untuk mengekspresikan perasaan yang sedang dialami. Puisi-puisi ciptaan Chairil Anwar cukup banyak beragam, mulai dari kisah percintaan, situasi Negara, refleksi diri sendiri, hingga kecintaan terhadap keluarga. Puisi "Ibu" karya Chairil Anwar sangat menyentuh hati sehingga bagi orang yang membacanya akan membuat mata berkaca-bekaca yang disebabkan mirisnya kata-kata yang sangat menyentuh hati kita yang mengingat besarnya pengorbanan seorang ibu kepada sang anaknya. Karya yang dihasilkan oleh Chairil Anwar tidak diragukan lagi banyak hasil karyanya yang dicari oleh orang-orang yang menyukai karya sastra. Dalam Puisi "Ibu" karya Chairil Anwar memberikan banyak pilihan kata yang terlihat biasa saja dan terkesan memiliki kata-kata yang biasa digunakan dalam kesehariannya. Tetapi pada puisi "Ibu"ini si pengarang membungkus kata-kata dalam puisi tersebut dengan menggunakan bukan arti kata yang sebenarnya, yang terdapat pada aku ditegurKatanya untuk kebaikan Pernah aku dimarahKatanya membaiki kelemahanPernah kau diminta membantu Katanya supaya aku pandai. Kata " katanya memperbaiki kelemahan" dari kata tersebut merupakan sebuah harapan Chairil sebagai bahwa ibu memarahi anaknya agar seorang anak memperbaiki kesalahan yang aku merajuk Katanya aku manjaPernah aku melawan Katanya aku degilPernah aku menangis Katanya kau lemah Kata "degil" yang diungkapkan oleh pengarang memberi kesan anak yang tidak mau menuruti perkataan orang tua atau susah untuk dinasihati oleh orang tuanya. Pada puisi ini pengarang juga mencoba untuk menggambarkan sifat anak-anak yang sering dilakukan kepada seorang ibu, seorang Chairil Anwar mampu menciptakan dan memberikan pilihan kata sebaik mungkin walaupun kata-kata yang digunakan adalah bahasa percakapan, tetapi lewat kata-kata tersebut Chairil Anwar mampu menghadirkan makna yang sangat dalam bagi penyair dan pendengarnya. Namun ada kata yang tidak biasa diucapkan dalam kehidupan sehari-hari seperti kata merajuk, manja, melawan, menangis. Chairil merupakan salah satu penyair yang tidak selalu terikat pada peraturan sehingga terkadang Chairil tidak pernah memperhatikan bunyi yang ada dalam puisinya. Chairil Anwar berpendapat bahwa sebuah puisi adalah suatu bahasa dalam puisi ini adalah bahasa percakapan sehari-hari namun dibalik kata-kata tersebut Chairil memberikan bahasa kias. Bahasa kias tersebut digunakan pengarang untuk memperdalam makna yang ada dalam puisinya. Setiap kali aku tersilapDia hukum aku dengan nasihatSetiap kali aku kecewaDia bangun di malam sepi lalu bermunajatSetiap kali aku dalam kesakitanDia ubati dengan penawar dan semangatDan bila aku mencapai kejayaanDia kata bersyukurlah pada tuhan Dari kutipan tersebut terlihat adanya bahasa kamus yang digunakan pengarang seperti kata tersilap. Pengarang menggambarkan seorang anak yang tersilap. Pengarang menggambarkan seorang anak yang setiap kali keliru dalam melakukan kesalahan kepada seorang ibu, ibu menghukumna dengan nasihat. Chairil lewat puisi ini menggambar seorang ibu yang tegar dan selalu mendukung anaknya, walaupun anaknya melakukan kesalahan ibu sellau menasehati. Chairil yang mampu membuat suasana puisi tersebut sebuah karya yang tampak atau rasa merupakan salah satu unsur isi yang dapat mengungkapkan sikap penyair pada pokok persoalan puisi. Pada puisi di atas merupakan eskpresi jiwa penyair yang menyayangi sosok seorang ibu. Di sana penyair tidak mau meniru atau menyatakan kenyataan alam, tetapi mengungkapkan sikap jiwanya yang ingin berkreasi. Sikap jiwa "Aku sayang padamu", ia menyayangi sosok Ibu jiwanya terikat oleh seorang Ibu, apapun yang terjadi, ia ingin selalu menyayangi seorang Ibu. Uraian di atas merupakan yang dikemukakan dalam puisi ini semuanya adalah sikap chairil yang lahir dari ekspresi jiwa dalam Puisi 'Ibu' karya Chairil Anwar yang dapat saya simpulkan dan dapat kita rumuskan adalah sebagai berikut Seorang Ibu yang tegar, kokoh, terus berjuang, pantang mundur meskipun rintangan menghadang demi anaknya. Seorang Anak yang penuh harapan untuk membalas kebaikan seorang ibu yang tanpa batas. Manusia harus mempunyai semangat untuk maju dalam berkarya agar pikiran dan semangatnya itu dapat hidup selama-lamanya atas berkat doa Ibu. Pada puisi "Ibu" bertemakan mengenai seorang ibu yang mana didalam puisi tersebut memiliki banyak makna tentang tugas seorang ibu, bisa kita lihat dari puisi tersebut bagaimana kasih sayang seorang ibu terhadap anaknya, ibu rela melakukan segalanya demi kebaikan anaknya meskipun terkadang hal itu di anggap buruk oleh puisi yang berjudul "Ibu" ini tidak terlalu memuat banyak kata-kata kiasan atau majas yang berlebihan, sehinggap penggunaan kata konkret di dalam puisi ini sangat memiliki porsi yang banyak sehingga dapat membuat orang yang awam akan puisi dapat mengerti dengan mudah. Dan diksi yang dipakai oleh penyair ialah menggambarkan rasa hormat kepada ibu dan menunjukkan perasaan yang dalam karena menggunakan kata-kata yang dalam sehingga mampu menyentuh hati pembaca dan pendengar puisi ini. 1 2 3 4 5 6 7 Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Kritikanpuisi diatas: Puisi Antara Babad dan Baureno karya M. Shoim Anwar ini menggambarkan luapan rasa kerinduan mendalam yang sedang dirasakan si aku dalam puisi ini. Puisi ini secara singkat tergolong puisi bergenre romantis (romance). Puisi romance merupakan jenis puisi yang isinya tentang luapan batin penyair (sesoang) terhadap sang
Kalau sampai waktuku Ku mau tak seorang kan merayu Tidak juga kau Tak perlu sedu sedan itu Aku ini binatang jalang Dari kumpulannya terbuang Biar peluru menembus kulitku Akan tetap meradang menerjang Luka dan bisa kubawa berlari Berlari Hingga hilang pedih peri Dan aku akan lebih baik tidak peduli Aku mau hidup seribu tahun lagi Puisi “Aku” karya Chairil Anwar ini menceritakan tentang perjuangan seseorang yang memiliki semangat yang tinggi, tidak mengenal kata lelah dan sakit walaupun ia terluka. Dengan tekad kuat yang ia miliki, ia terus berusaha untuk mencapai tujuannya tanpa memperdulikan banyaknya rintangan yang menghampiri. Gaya bahasa yang digunakan dalam puisi “Aku” karya Chairil Anwar ialah hiperbola, dibuktikan pada larik Biar peluru menembus kulitku, Akan tetap meradang menerjang bait 4 larik ke-1. Dalam puisi “Aku” karya Chairil Anwar memberikan pencitraan pada gerak dan perasaan. Citraan gerak ialah gambaran sesuatu yang seolah-olah dapat bergerak, citraan gerak pada puisi ini terdapat pada larik Luka dan bisa kubawa berlari bait 5 larik ke-1. Sedangkan citraan perasaan tergambar pada larik Hingga hilang pedih peri bait 5 larik ke-2. Pesan-pesan tersirat yang terdapat dalam puisi “Aku” karya Chairil Anwar Manusia harus tegar, kokoh, terus berjuang, pantang mundur meskipun rintangan menghadang. Manusia harus bisa menerima diri sendiri apa adanya, mengakui keburukan dirinya, tidak hanya menonjolkan kelebihannya saja. Manusia harus memiliki semangat untuk terus maju dalam berkarya. Kesimpulan Dari puisi “Aku” karya Chairil Anwar dapat disimpulkan bahwa seseorang harus bekerja keras untuk menggapai sesuatu yang ingin didapatkan, tidak mudah menyerah, serta harus memiliki semangat yang tinggi untuk mencapai tujuannya sebagaimana dengan kalimat yang dinyatakan pada puisi ini “Aku mau hidup seribu tahun lagi”, kalimat tersebut mengartikan betapa semangatnya untuk berjuang karena proses tidak akan mengkhianati hasil. *. Biodata Penulis Nama Lisa Selvira NIM 2003010006 Kelas M01 PBSI Mata Kuliah Kritik Sastra Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruaan dan Ilmu Pendidikan Universitas Maritim Raja Ali Haji
Abstract Tulisan ini akan memahami makna puisi-puisi yang diciptakan oleh Chairil Anwar yang bertemakan wanita sebanyak sepuluh puisi. Adapun aspek-aspek pemaknaan tersebut akan dianalisis
Puisi Aku – Tahukah kalian bahwa Chairil Anwar adalah seorang sastrawan kenamaan Indonesia yang namanya sudah sering kali disebut. Karya-karyanya banyak dikutip dan dipentaskan ulang oleh para seniman lain hingga sekarang. Bahkan karyanya juga banyak dicantumkan dalam buku teks pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah-sekolah dan yang paling terkenal adalah puisi Aku. Biografi Singkat Chairil Anwar Lahir di Medan pada 26 Juli 1922, Chairil Anwar merupakan salah satu pelopor Angkatan ’45 sekaligus puisi modern Indonesia. Karya puisinya yang diketahui berjumlah lebih kurang ada sejumlah 70 karya dari 96 karya sastra yang telah dituliskan. Dilahirkan dan dibesarkan di Medan, Chairil Anwar berkenalan dengan dunia sastra setelah kepindahannya ke Batavia dengan sang ibu saat usianya menginjak 19 tahun. Puisi pertamanya dipublikasikan 2 tahun setelah kepindahannya, yaitu pada 1942. Tema yang sering diusung dalam tulisan-tulisannya adalah masalah pemberontakan, kematian, individualisme, eksistenalisme, hingga multi-interpretasi. Chairil sudah memiliki tekat untuk menjadi seorang seniman sejak ia berusia 15 tahun dan putus sekolah pada usia 18 tahun. Meskipun demikian, selain Bahasa Indonesia, diketahui ia menguasai tiga bahasa asing yaitu Inggris, Belanda, dan Jerman. Waktunya banyak dihabiskan untuk membaca karya para pengarang kenamaan dunia pada masa itu, seperti Rainer Maria Rilke, Auden, Archibald MacLeish, Hendrik Marsman, J. Slaurhoff, serta Edgar du Perron. Nama-nama besar tersebut turut mempengaruhi gaya penulisan Chairil yang secara tidak langsung juga mempengaruhi arah perkembangan kesusastraan Indonesia. Chairil Anwar meninggal pada usia yang masih muda, 26 tahun, tepatnya pada 28 April 1949 di Jakarta. Hari kematiannya ini selalu diperingati sebagai Hari Chairil Anwar oleh pengagumnya sampai sekarang. Mendalami Puisi Aku Karya Chairil Anwar Hampir semua penduduk Indonesia yang mengenyam pendidikan setidaknya hingga bangku SMP pasti pernah mendengar atau membaca puisi Aku. Puisi ini ditulis oleh Chairil Anwar pada 1943 dan pertama kali dibacakan di Pusat Kebudayaan Jakarta bulan Juli pada tahun yang sama. Puisi Aku pernah dicetak di Pemandangan dengan judulnya diubah menjadi Semangat untuk menghindari sensor dari Pemerintahan Jepang yang waktu itu menduduki Indonesia. Selain judul, ada bagian dalam puisi juga diubah karena alasan yang sama. Pilihan kata Chairil Anwar dinilai radikal dan rawan terkena sensor sehingga perlu diganti dengan kata yang lebih lunak. Bagian tersebut yakni Ku mau tak seorang kan merayu diubah menjadi Ku tahu tak seorang kan merayu, kata mau diganti dengan tahu. Berikut ini adalah puisi Aku karya Chairil Anwar Baca Juga Puisi Tentang Alam Aku Kalau sampai waktuku Ku mau tak seorang kan merayu Tidak juga kau Tak perlu sedu sedan itu Aku ini binatang jalang Dari kumpulan yang terbuang Biar peluru menembus kulitku Aku tetap meradang menerjang Luka dan bisa kubawa berlari Berlari Hingga hilang pedih peri Dan aku akan lebih tidak peduli Aku mau hidup seribu tahun lagi! Baca Juga Contoh Syair 1. Parafrase Parafrase adalah penyampaian puisi dalam bahasa yang sama dengan gaya tulisan yang berbeda tanpa mengubah makna yang ada. Berikut adalah parafrase puisi Aku ke dalam bentuk prosa Suatu saat aku pasti harus pergi. ketika saatnya aku untuk pergi itu tiba, aku tak ingin ada yang merayuku untuk tetap tinggal. Meskipun itu kau yang merayu, aku akan tetap pergi. Aku tak membutuhkan tangisan dan air mata darimu untuk mengantar kepergianku, jadi jangan menangis. Menurut rezim saat ini, aku ini merupakan binatang jalang. Aku menentang segala aturan dan belenggu yang dipaksakan kepada rakyat untuk dikenakan. Oleh sebab itu aku ini adalah bagian dari kumpulan kaum yang terbuang, dikucilkan. Karyaku tidak dianggap karena aku enggan tunduk pada keinginan penguasa. Meskipun hujan peluru menyambut, aku akan tak akan pernah menyerah dan berhenti berjuang melalui tulisanku. Aku akan tetap berlari menerjang dengan kobaran semangat yang terus meradang. Walau tubuhku penuh luka dan racun serta bisa, aku akan terus berlari. Meski aku harus mati, aku tak akan menghentikan lariku. Sampai aku tak bisa merasakan apa pun lagi. Hilang sudah semua pedih dan perih yang kurasa. Aku tidak peduli dengan semua yang sedang terjadi, tidak peduli dengan bagaimana orang lain memandang dan menilaiku. Meski tubuhku sudah tidak ada lagi di dunia ini, tapi namaku akan tetap hidup hingga seribu tahun lagi. Karyaku akan terus dikenang dan dikenal melebihi zamanku. Puisi Aku menggambarkan tentang keyakinan dan semangat Chairil Anwar dalam melahirkan karya-karya tulisannya. Ia dikenal vokal dan sering melanggar aturan yang telah dibuat. Diketahui bahwa tulisannya sering mendapat penolakan karena pemilihan bahasa yang digunakannya bertentangan dengan penguasa pada masa itu. Namun, ia tidak goyah dengan keyakinannya dan tetap menulis sesuai dengan keyakinannya. Dan ia meyakini bahwa masa di mana orang akan menerima karya tulisannya akan tiba. Dan harapannya untuk terus hidup dikenang pun telah terbukti. Dengan namanya masuk dalam jajaran sastrawan kenamaan yang membawa masuk puisi modern ke Indonesia. Ia tidak membutuhkan waktu hingga seribu tahun untuk hal itu bisa terjadi. 2. Rima dan Irama Dalam puisi Aku, Chairil Anwar memikirkan tentang rima dan irama yang akan dihasilkan. Hal tersebut dapat dilihat jelas dalam keseluruhan badan puisi. Misalnya pada bait pertama yang seluruhnya memiliki sajak akhiran yang sama. Kemudian pada bagian bait yang paling terkenal Aku ini binatang jalang; Dari kumpulan yang terbuang’, memiliki akhiran dengau ng semakin membuktikan bahwa pemilihan setiap kata memikirkan bagaimana nanti puisi ini akan dilafalkan. Selain itu, digunakan juga kata-kata yang memiliki struktur yang mirip, pedih dan peri’, sama-sama berawalan pe dan memiliki vokal i. Puisi ini juga ditulis dengan menggunakan aliterasi pengulangan bunyi konsonan pada Luka dan bisa kubawa berlari,’ yaitu penggunaan konsonan b pada bisa, bawa, dan berlari. 3. Ciri Khas Tulisan Chairil Anwar Puisi-puisi karya Chairil Anwar memiliki ciri khas yang terdapat pada hampir semua tulisannya. Ciri tersebut adalah penghilangan bunyi pada kata-kata yang telah dikenal luas dan orang tidak akan salah menafsirkan maksudnya. Misalnya dalam puisi aku ini, terjadi pemenggalan pada kata aku dan akan menghilangkan bunyi a’ sehingga menjadi Ku dan kan. Pemenggalan kata ini dipelopori oleh Chairil Anwar pada masa itu, dan kini banyak sastrawan yang mengikuti jejaknya menghilangkan bunyi pada kata-kata yang sudah umum. Baca Juga Puisi Senja 4. Pesan dalam Puisi Aku Karya sastra, termasuk puisi, adalah karya yang dapat melintasi masa. Artinya tidak hanya untuk masa dibuatnya saja, namun juga untuk masa-masa yang mendatang. Sebagai pencerita dari kondisi suatu masa kepada generasi penerus. Puisi Aku ditulis pada masa penjajahan Jepang. Isinya merepresentasikan mengenai keinginan untuk berjuang dan menolak penjajahan. Menolak aturan-aturan yang dibuat untuk mengekang rakyat Indonesia. Banyak karyanya yang ditolak oleh penerbit yang menganggap tulisannya tidak mencerminkan visi Jepang untuk Asia Timur Raya. Melalui Aku, Chairil Anwar seolah ingin menunjukkan bahwa dirinya rela untuk menjadi berbeda dan dipandang bersalah aku ini binatang jalang; Dari kumpulan yang terbuang, tak peduli pada konsekuensi yang nantinya harus ditanggung Biar peluru menembus kulitku; Aku tetap meradang menerjang; Luka dan bisa kubawa berlari; Berlari; Hingga hilang pedih peri. Memberikan pesan untuk terus berjuang melawan penjajah walaupun harus dibayar nyawa. Dan melalui puisi ini, Chairil Anwar juga menyampaikan keyakinannya. Bahwa akan tiba saatnya nanti bahwa karyanya tidak akan lagi dipandang salah. Usia singkat Chairil Anwar dalam dunia kesusastraan Indonesia tak lantas membuat dirinya kecil. Justru dalam waktu sesingkat itu, ia berhasil mempelopori perkembangan puisi modern di Indonesia. Puisi-puisi yang ditulis pada masa itu cenderung memiliki isi pemberontakan terhadap penjajahan dan harapan-harapan untuk menjadi rakyat yang bebas dari sebuah negara yang merdeka. Demikian halnya dengan puisi Aku, yang seluruhnya menyiratkan akan keengganan untuk tunduk pada aturan penjajah. Meski harus menjadi orang buangan, dengan karyanya yang sering ditolak, namun tak ada kata menyerah. Ancaman hukuman hingga nyawa menjadi taruhan pun tak dipersoalkan. Puisi Aku
JAKARTA impresinews.com,- Hasil karya penyair Chairil Anwar yang banyak dikenal adalah puisi berjudul Aku. Tahukah kamu bagaimana sajak Aku secara lengkap? Puisi Aku Chairil Anwar Mengutip Ikhtisar Sejarah Sastra Indonesia (1969) karya Ajip Rosidi, berikut ini sajak lengkap puisi Aku ciptaan Chairil Anwar: Aku Kalau sampai waktuku Ku mau tak
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. AKUKalau sampai waktuku'Ku mau tak seorang'kan merayuTidak juga kauTak perlu sedu sedan itu Aku ini binatang jalangDari kumpulannya terbuang Biar peluru menembus kulitkuAku tetap meradang menerjangLuka dan bisa kubawa berlariBerlariHingga hilang pedih periDan aku akan lebih tidak perduliAku mau hidup seribu tahun puisi yang yang berjudul "Aku" di atas merupakan salah satu puisi karya Chairil Anwar yang mengisahkan tentang seseorang yang akan berjuang sampai titik darah penghabisan saat masanya telah tiba. Biar pun banyak tantangan yang menghadang, dia tak akan berhenti berjuang. Karena si aku ingin hasil perjuangannya dikenang dan berdampak baik untuk orang lain di masa depan . Gaya bahasa atau majas yang terdapat dalam puisi di atas sangat menarik ,sehingga para pembaca semakin tertarik untuk menikmatinya dan kata _ kata didalamnya sangat lugas dan mudah di pahami oleh puisi karya Chairil Anwar juga merupakan salah satu puisi yang sangat populer di masa penjajahan di Indonesia dalam merebut kemerdekaan republik Indonesia terdapat pada larik puisi .Beberapa larik dalam puisi "Aku" telah menjelma semacam pepatah atau kata-kata mutiara "hidup hanya menunda kekalahan"Sekali berarti sudah itu mati", "Kami cuma tulang tulang berserakan",merupakan bentuk perjuangan kaum muda yaitu Chairil Anwar beserta pemuda yang lain pada tahun 1945 .pada puisi Chairil Anwar di situ penulis juga menceritakan bagaimana proses perjuangan dirinya terhadap penjajahan yang begitu hebat dan dahsyat sehingga dia rela mati demi tercapainya kebebasan dari masa Chairil Anwar juga banyak penggemarnya karena puisinnya begitu menarik untuk di banyak mengandung majas perbanding seperti contoh aku ini binatang jalang. 1 2 Lihat Puisi Selengkapnya
42.1.1 Puisi Aku Ingin Karya Sapardi Djoko Damono .. 154 Puisi Sajak Anak Muda Karya W. S. Rendra .. 155 4.2.1.3 Puisi Doa Karya Chairil Anwar .. 156 4.2.1.4 Puisi Telah Kau Robek Kain Biru pada Bendera Sajak Anak Muda karya WS Rendra merupakan puisi tentang kritik sosial kepada pemerintah terhadap pendidikan anak muda di
The poem "Aku" by Chairil Anwar is often identified with the spirit of nationalism. Because indeed Chairil Anwar is widely known as the pioneer of the 45th Generation which is synonymous with independence and nationalism. Psychocritical readings by looking at superpositions / piles of text indicate the passion of tanatos death which is even more prominent. To read the full-text of this research, you can request a copy directly from the author.... Salah satu 'korban' dari representasi usang yang dilestarikan terus-menerus adalah Chairil Anwar . Chairil kerap disimbolkan sebagai sosok nasionalis yang selalu hadir dalam momen-momen kebangsaan Saputra, 2009;Sulaiman & Febrianto, 2017, seperti pembacaan puisi di perayaan kemerdekaan hingga jargon-jargon nasionalis buatannya yang terus berkumandang hingga kini Adeng, 2012;Miswar, 2018;Purnomo, 2018. Konteks tersebut akan wajar jika mengacu pada tahap representatif. ...... Alur yang ditonjolkan adalah teknik naratif dengan mempersonifikasi kemerdekaan atau Indonesia juga Jepang itu sendiri. berbeda dengan sebelumnya, Chairil melengkapi personifikasinya dengan pilihan kata yang lebih halus guna menghindari sensor keras yang dilakukan Jepang Aspahani, 2016;Purnomo, 2018. Puisi ini terkesan sebagai cerita yang memunculkan si baiksi jahat dimana penulisnya memihak pada si baik. ...Radea Hafidh Rakata Iskandar Bayu Indra PratamaChairil Anwar adalah sastrawan besar yang hidup pada masa perjuangan bangsa Indonesia. Hal ini memungkinkan baginya untuk menulis pesan-pesan nasionalis dalam puisi- puisinya. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk membongkar nasionalisme Chairil Anwar yang tertuang dalam puisi-puisinya. Penelitian ini menggunakan paradigma kritis dengan metode Hermeneutika Filosofis Hans-Georg Gadamer yang didukung dengan Analisis Wacana Kritis Teeun A. Van Dijk untuk menyingkap bagaimana Chairil Anwar memahami praktik ideologi nasionalisme pada masa tersebut dan kemudian menuangkannya dalam puisi-puisinya. Unit data yang dianalisis adalah puisi-puisinya yang bertema nasionalis yang ditulis dalam rentang waktu 1942-1949 sebanyak 13 puisi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa puisi-puisi tersebut merepresentasikan pemikiran nasionalisme Chairil Anwar. Hal ini disebabkan adanya pengaruh dari kognisi individu dan konteks sosial terhadap proses penciptaan Aku Chairil Anwar Bukan Puisi Pemberontakan" dalam HorisonAsrul Wawancara DenganSaniWawancara dengan ASrul Sani "Puisi Aku Chairil Anwar Bukan Puisi Pemberontakan" dalam Horison. No. XXXI -April 1997. Hal. 6-12Chairil Anwar Pelopor Angkatan 45H B JassinJassin,HB. 1978. Chairil Anwar Pelopor Angkatan 45. Jakarta Gunung Agung. 1978Angkatan 45 Sastra, Politik, dan Revolusi IndonesiaKeith FoulcherKeith Foulcher. Angkatan 45 Sastra, Politik, dan Revolusi Indonesia. Jakarta Jaringan Kerja Budaya. 1994Max MisalnyaMillerMisalnya melalui Max Miller. Freud dan Interpretasi. Jakarta Intermasa. 1992Keith FoulcherFoulcher,Keith. 1994. Angkatan 45 Sastra, Politik, dan Revolusi Indonesia. Jakarta Jaringan Kerja Budaya. 1994Des Metaphores Obsedantes au Mythe PersonnelCharles MouronMouron,Charles. 1989 Des Metaphores Obsedantes au Mythe Corti Pradopo, Rachmat Djoko. 1987. Pengkajian Puisi. Yogyakarta Gajah Mada University Aku Chairil Anwar Bukan Puisi Pemberontakan" dalamHorisonAjip RosidiRosidi,Ajip. 1991. Ikhtisar Sejarah Sastra Indonesia. Bandung Binacipta Sani, Asrul. 1997. "Puisi Aku Chairil Anwar Bukan Puisi Pemberontakan" dalamHorison. No. XXXI -April 1997. Hal. 6-12A TeeuwTeeuw, Sastra Baru Indonesia I. Ende-Flores Nusa Sejarah Sastra Indonesia. Bandung Binacipta. 1991. HalAjip RosidiAjip Rosidi. Ikhtisar Sejarah Sastra Indonesia. Bandung Binacipta. 1991. Hal. 87-88Chairil Anwar Pelopor Angkatan 45. Jakarta Gunung AgungH B DalamJassinDalam HB Jassin. Chairil Anwar Pelopor Angkatan 45. Jakarta Gunung Agung. 1978. Hal. 42-43
Bukankematian benar menusuk kalbu. Keridhaanmu menerima segala tiba. Tak kutahu setinggi itu di atas debu. Dan duka maha tuan tak bertahta. Diatas merupakan 10 puisi dan sajak indah dari Chairil Anwar yang begitu melegenda dan banyak memberikan nasehat, motivasi dan inspirasi bagi kita semua. selamat menikmati.
Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Profesional J 27 amanat. a Tema Tema adalah gagasan pokok atau pokok persoalan yang dikemukakan oleh penyairnya. Secara garis besar hanya ada empat tema besar yang biasanya digeluti oleh para penyair, yaitu keindahan alam, masalah manusia dalam hubungannya dengan dirinya sendiri, masalah manusia dalam hubungannya dengan manusia lain, dan masalah manusia dalam hubungannya dengan Tuhan yang menyangkut semangat hidup manusia dalam mempertahankan kehidupannya yang lebih baik dan bermanfaat. b Perasaan Perasaan adalah sikap penyair terhadap pokok persoalan objek puisi yang digarapnya. Unsur perasaan terkait erat dengan unsur tema atau pokok persoalan dalam puisi. Dalam lingkungan awam pun jika kita menghadapi sesuatu atau tingkah seseorang, kita bisa bersikap simpatik, acuh tak acuh, atau bahkan muak. c Nada Nada adalah sikap penyair terhadap pembacanya bisa menggurui, penuh kesinisan, mengejek, menyindir, humor, atau secara lugas. Dengan demikian nada sajak sangat erat kaitannya dengan rasa dan pokok persoalan yang dikandung puisi tersebut. d Amanat Amanat adalah tujuan atau pesan yang secara eksplisit maupun implisit ingin disampaikan penyair melalui puisi- puisinya kepada pembacanya. c. Contoh Kritik Sastra Puisi Kritik Sastra Puisi Aku Karya Chairil Anwar Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Profesional J 28 Aku Kalau sampai waktuku Ku mau tak seorang kan merayu Tidak juga kau Tak perlu sedu sedan itu Aku ini binatang jalang Dari kumpulannya terbuang Biar peluru menembus kulitku Aku tetap meradang menerjang Luka dan bisa kubawa berlari Berlari Hingga hilang pedih peri Dan aku akan lebih tidak perduli Aku mau hidup seribu tahun lagi a Tema Tema dalam puisi di atas adalah perjuangan. Hal ini dapat terlihat dari kalimat “Biar peluru menembus kulitku, aku tetap meradang menerjang”. Puisi Chairil adalah semangat merebut hidup yang pastilah tidak mudah, apalagi bagi penyair yang penuh kesulitan hidup ini. Bahkan meskipun dia berbicara tentang sesuatu yang perih-pedih, semangat hidupnya tetap terasa menggelora. Karakter penyair ini tampaknya, dia tidak mudah menyerah melawan hidup yang begitu pedih. b Rasa Pada puisi di atas merupakan eskpresi jiwa penyair yang menginginkan kebebasan dari semua ikatan. Di sana penyair tidak mau meniru atau menyatakan kenyataan alam, tetapi mengungkapkan sikap jiwanya yang ingin berkreasi. Sikap jiwa “jika sampai waktunya”, ia tidak mau terikat oleh siapa saja, apapun yang terjadi, ia ingin bebas sebebas-bebasnya sebagai “aku”. Bahkan jika ia terluka, akan di bawa lari sehingga perih lukanya itu hilang. Ia memandang bahwa dengan luka itu, ia akan lebih jalang, lebih dinamis, lebih bergairah hidup. Sebab itu ia malahan ingin hidup seribu tahun lagi. Uraian di atas merupakan yang dikemukakan dalam puisi ini semuanya adalah sikap chairil yang lahir dari ekspresi jiwa Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Profesional J 29 penyair. Puisi Aku ini adalah puisi Chairil Anwar yang paling memiliki corak khas dari beberapa sajak lainnya. c Nada Dalam Puisi Aku’ terdapat kata Tidak juga kau’, Kau yang dimaksud dalam kutipan di atas adalah pembaca atau penyimak dari puisi ini. Ini menunjukkan betapa tidak pedulinya Chairil dengan semua orang yang pernah mendengar atau pun membaca puisi tersebut, entah itu baik, atau pun buruk. Di samping Chairil ingin menunjukkan ketidakpeduliannya kepada pembaca, dalam puisi ini juga terdapat pesan lain dari Chairil, bahwa manusia itu itu adalah makhluk yang tak pernah lepas dari salah. Oleh karena itu, janganlah memandang seseorang dari baik-buruknya saja, karena kedua hal itu pasti akan ditemui dalam setiap manusia. Selain itu, Chairil juga ingin menyampaikan agar pembaca tidak perlu ragu dalam berkarya. Berkaryalah dan biarkan orang lain menilainya, seperti apa pun bentuk penilaian itu. d Diksi Untuk ketetapan pemilihan kata, penyair banyak menggunakan diksi yang tepat, bermakna konotatif untuk memperindah puisinya seperti Ku mau tak seorang’kan merayu = ku tahu Kalau sampai waktuku = kalau aku mati Tak perlu sedu sedan = tak ada gunanya kesedihan itu Binatang jalang = orang hina Pernyataan diri sebagai binatang jalang adalah kejujuran yang besar, berani melihat diri sendiri dari segi buruknya. Efeknya membuat orang tidak sombong terhadap kehebatan diri sendiri sebab selain orang mempunyai kehebatan juga ada cacatnya, ada segi jeleknya dalam dirinya. e Citraan Di dalam puisi ini terdapat beberapa pengimajian, diantaranya Ku mau tak seorang’kan merayu Imaji Pendengaran Tak perlu sedu sedan itu’ Imaji Pendengaran Biar peluru menembus kulitku’ Imaji Rasa Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Profesional J 30 Hingga hilang pedih perih’ Imaji Rasa. Citraan yang disampaikan oleh Chairil Anwar sangat bermakna dan mempunyai ciri khas tersendiri. Ia memberikan kesan yang berbeda saat pembaca membaca puisi ini. Berbeda dengan karya sebelumnya, dalam puisi Aku Chairil Anwar membuat para pembaca ikut merasakan apa yang dirasakannya. f Gaya bahasa Dalam bahasa “Aku” penyair banyak menggunakan majas hiperbola. Selain itu, terdapat campuran bahasa indonesia yang tidak baku seperti perduli dan peri. Walaupun begitu ia sangat mahir dalam membuat pembaca terbius dengan puisi-puisinya. g Kata Konkret Secara makna, puisi Aku tidak menggunakan kata-kata yang terlalu sulit untuk dimaknai, bukan berarti dengan kata-kata tersebut lantas menurunkan kualitas dari puisi ini. Sesuai dengan judul sebelumnya, puisi tersebut menggambarkan tentang semangat dan tak mau mengalah, seperti Chairil itu sendiri. Puisi Aku ini adalah puisi Chairil Anwar yang paling memiliki corak khas dari beberapa sajak lainnya. Alasannya, sajak Aku bersifat destruktif terhadap corak bahasa ucap yang biasa digunakan penyair Pujangga Baru seperti Amir Hamzah sekalipun. Idiom ’binatang jalang’ yang digunakan dalam sajak tersebut pun sungguh suatu pendobrakan akan tradisi bahasa ucap Pujangga Baru yang masih cenderung mendayu-dayu. h Irama Ritme dalam puisi yang berjudul Aku’ ini terdengar menguat karena ada pengulangan bunyi Rima pada huruf vocal U’ dan I’. Vokal U’pada larik pertama dan ke dua, pengulangan berseling vokal a-u-a-u Larik pertama Kalau sampai waktuku.’ Larik kedua Ku mau tak seorang-’kan merayu. Larik kedua Tidak juga kau’. Pengulangan vokal I’ Luka dan bisa kubawa berlari Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Profesional J 31 Berlari Hingga hilang pedih perih Dan aku akan lebih tidak peduli Aku mau hidup seribu tahun lagi i Rima Dalam puisi “Aku” Chairil Anwar memberikan rima yang jelas berbeda dengan “Krawang-Bekasi”, hal ini terlihat dalam larik • Rima tak sempurna Kalau sampai waktuku ’Ku mau tak seorang ’kan merayu Tidak juga kau • Rima Terbuka à yang berima adalah suku akhir suku terbuka dengan vokal yang sama. Luka dan bisa kubawa berlari Berlari Hingga hilang pedih peri Dalam puisi ”Aku” gaya bahasa yang diberikan oleh Chairil Anwar juga hiperbola seperti yang tergambar dalam larik Aku ini binatang jalang Dari kumpulannya terbuang Biar peluru menembus kulitku Aku tetap meradang menerjang Luka dan bisa kubawa berlari Berlari Hingga hilang pedih peri Dan aku akan lebih tidak perduli Aku mau hidup seribu tahun lagi Hal ini jelas hiperbola tersebut merupakan penonjolan pribadi Chairil Anwar, ia mencoba untuk nyata berada di dalan dunianya. Sehingga membuat pembaca terhanyut dalam rima yang indah. Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Profesional J 32 j Amanat Amanat dalam Puisi Aku’ karya Chairil Anwar yang dapat saya simpulkan dan dapat kita rumuskan adalah sebagai berikut Manusia harus tegar, kokoh, terus berjuang, pantang mundur meskipun rintangan menghadang. Manusia harus berani mengakui keburukan dirinya, tidak hanya menonjolkan kelebihannyasaja. Manusia harus mempunyai semangat untuk maju dalam berkarya agar pikiran dan semangatnya itu dapat hidup selama-lamanya. Penyair memberikan pengalaman kepada para pembaca agar lebih mengerti tentang karya sastra dan tidak teracuni dengan karya sastra tersebut danme motivasi pembaca untuk lebih mengenal karya sastra. Kiasan-kiasan yang dilontarkan oleh Chair Anwar dalam puisinya menunjukan bahwa di dalam dirinya mencoba memetaforakan akan bahasa yang digunakan yang bertujuan mencetusan langsung dari jiwa. Cetusan itu dapat bersifat mendarah daging, seperti sajak “aku”. Dengan kiasan-kiasan itu gambaran menjadi konkrit, berupa citra-citra yang dapat diindra, gambaran menjadi nyata, seolah dapat dilihat, dirasakan sakitnya. Di samping itu kiasa-kiasan tersebut menyebabkan kepadatan sajak. Untuk menyatakan semangat yang nyala-nyala untuk merasakan hidup yang sebanyak- banyaknya digunakan kiasan “aku mau hidup seribu tahun lagi”. Jadi berdasarkan dasar konteks itu harus ditafsirkan bahwa Chairil Anwar dalam puisi “aku” dapat didefinisaikan sebagai bentuk pemetaforaan bahasa atau kiasan bahwa yang hidup seribu tahun adalah semangatnya bukan fisik. 3. Kritik Sastra Prosa
Setiaptanggal 28 April diperingati sebagai Hari Puisi Nasional, adapun asal-usul mengapa tanggal 28 April dijadikan sebagai Hari Puisi Nasional ialah karena bertepatan dengan hari kematian penyair legendaris Indonesia, yakni Chairil Anwar pada 28 April 1949. Sedikit mengenai Chairil Anwar, ia merupakan seorang penyair yang menjadi pelopor
Kritik Ekspresif pada Puisi Aku Karya Chairil Anwar AKU Karya Chairil Anwar Kalau sampai waktuku Ku mau tak seorang kan merayu Tidak juga kau Tak perlu sedu sedan itu Aku ini binatang jalang Dari kumpulannya terbuang Biar peluru menembus kulitku Aku tetap meradang menerjang Luka dan bisa kubawa berlari Berlari Hingga hilang pedih peri Dan akan akan lebih tidak perduli Aku mau hidup seribu tahun lagi Puisi Aku ini diciptakan oleh Chairil Anwar pada tahun. Chairil Anwar merupakan tokoh yang berasal dari Medan Sumatera Utara dan lahir pada 26 Juli 1992 dan meninggal di Jakarta pada 28 April 1949 pada umur 26 tahun. Ia dijuluki sebagai "Si Binatang Jalang" dari puisi “Aku” tersebut, Ia adalah penyair terkemuka Indonesia. Ia diperkirakan telah menulis 96 karya, termasuk 70 puisi. Bersama Asrul Sani dan Rivai Apin, ia dinobatkan oleh Jassin sebagai pelopor Angkatan '45 sekaligus puisi modern Indonesia. Puisi "Aku" karya Chairil Anwar ditulis pada tahun 1943 sebelum Indonesia mencapai puncak kemerdekaan. Dari judul puisi tersebut memiliki banyak makna yang luas tergantung dari sudut pandang mana pembaca memaknainya. Chairil Anwar mengajak pembaca menghayati perjuangan pahlawan dalam mencapai kemerdekaan. Kata-kata yang dipilih mampu memberikan perasaan semangat juang bagi pembaca. Puisi “Aku” karya Chairil Anwar ini memberikan gambaran semangat juang yang dirasakan oleh pembaca. Puisi ini memiliki kata yang tegas, semangat serta pantang menyerah. Puisi ini terdiri atas 7 bait, bait pertama berisi 3 larik, bait kedua berisi 1 larik, bait ketiga berisi 2 larik, bait keempat berisi 2 larik, bait kelima berisi 3 larik, bait keenam berisi 1 larik dan bait ketujuh berisi 1 larik. Pada puisi “Aku” bait pertama larik 1 samapai larik ketiga, Kalau sampai waktuku Ku mau tak seorang kan merayu Tidak juga kau menggambarkan sikap konsisten yang tidak akan menyerah atau terhasut hingga sampai kematian. Dan semangatnya sampai tidak seorangpun dapat menghalanginya. Pada bait kedua larik pertama, Tak perlu sedu sedan itu menggambarkan bahwa orang lain tak perlu bersedih dengan semangatnya dan bisa juga ia sendiri tidak akan sedih dan tidak pantang menyerah. Pada bait ketiga larik pertama dan larik kedua, Aku ini binatang jalang Dari kumpulannya terbuang, menggambarkan sikap yang rendah hati dan tidak membanggakan diri walau diri sudah berjuang demi negara. Pada bait keempat larik pertama dan larik kedua, Biar peluru menembus kulitku Aku tetap meradang menerjang menggambarkan bahwa walaupun peluru telah menembus tubuh di medang perang tetapi tetap berjuang hinga titik darah penghabisan. Pada bait kelima larik pertama dan sampai larik ketiga, Luka dan bisa kubawa berlari Berlari Hingga hilang pedih peri menggambarkan bahwa walaupun sudah terluka tetapi karena semangat juang yang tinggi membuat perih pada luka tersebut hilang. Pada bait keenam larik pertama dan bait ketujuh larik pertama, Dan akan akan lebih tidak perduli Aku mau hidup seribu tahun lagi menggambarkan bahwa semangat pantang menyerah membela negara hingga ia ingin mengabdi untuk negara dan ia ingin hidup seribu tahun lagi untuk negaranya. Puisi “Aku” karya Chairil Anwar ini sangat memberikan kesan perjuangan yang pantang menyerah. Membawa pembaca untuk tidak pernah menyerah dalam memperjuangkan sesuatu yang diinginkan.